Halo... saya kembali berada di sini. Setelah semalaman mata saya terjaga untuk mengerjakan proyek akhir saya. Kenapa saya harus mengerjakannya semalaman? Karena saat itulah waktu yang tepat untuk mengerjakannya, tidak ada angin atau pun kicauan burung yang mengganggu saya. Semua terlelap. Sepertinya dua bulan ke depan ini, mata saya harus mulai terbiasa untuk terjaga semalaman demi selesainya proyek akhir saya ini. Saya ingin berpindah ke kapal yang lebih besar. Saya ingin 'menampung' lebih banyak orang. Saya ingin berlayar lagi ke tempat-tempat yang tidak pernah saya kunjungi.
Kapalku hari ini harus bersandar di dermaga. Aku harus merelakan beberapa penumpang yang menemaniku berlayar selama beberapa bulan ini. Mereka adalah anak-anak yang berstatus siswa paket C yang dipandang sebelah mata oleh kebanyakan orang. Mungkin mereka bukan anak-anak yang jenius melainkan anak-anak yang masih bersemangat untuk meneruskan sekolah mereka di bawah naungan Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB). Ini kali pertama aku membimbing anak-anak seperti ini. Awalnya aku agak pesimis tapi semakin lama aku semakin optimis kalau mereka akan berkembang pesat seperti anak-anak yang berstatus siswa sekolah formal. Aku amat bersyukur pada sang Kemudi, karena dia mengizinkan mereka ikut berlayar bersamaku. Bukan karena materi yang aku dapat ketika mereka masuk ke kapal aku, melainkan karena naluriku sebagai seorang pendidik, yang harus rela dan bersedia mengajar siapapun dan bagaimanapun keadaan anak-anak yang aku didik.
Pengalaman berlayar bersama mereka sungguh merupakan pengalaman yang tak akan terlupakan. Mereka mengajarkan aku satu hal: SEMANGAT. Bagaimana agar kita terus bersemangat berlayar dan belajar sekalipun banyak badai menghadang jalan yang kita lalui. Terus bersemangat berlayar demi mencapai suatu dermaga besar yang bernama: MIMPI.
Oh, juru Kemudi.... terimakasih untuk pengalaman ini. Pengalaman yang singkat dan berharga.
Rumah Belajar Manggarai |
Di tengah perjalanan, aku mengalami kesakitan di salah satu bagian di dalam mulutku. Entah mengapa tiba-tiba sakit itu datang dan sekejap menghilangkan konsentrasiku untuk menyelesaikan pekerjaanku. Aku sampai meringis kesakitan karena sakit yang tak dapat ku tahan lagi. Beruntung aku mempunyai anggota keluarga yang penuh perhatian dan menjaga aku saat kesakitan.
Banyak pelajaran yang aku dapat dari kesakitan itu. Dia seakan mengingatkan aku untuk menguasai setiap makanan yang masuk ke dalam mulutku karena belum tentu makanan itu baik untuk kesehatanku. Mungkin makanan itu sedap wanginya dan enak di makan tapi belum tentu makanan itu berguna untuk tubuhku. Betul? Sulit memang tapi pasti bisa jikalau keinginan dikikis.
Sejenak aku duduk di dalam kamar kapal untuk beristirahat. Pikiranku agak penat akhir-akhir ini. Terlalu banyak tekanan yang membuatku berpikir lebih keras sampai akhirnya aku penat. Sebagai penghibur penat ini, aku memutuskan untuk menyalakan komputerku dan membuka folder movies. Aku memilah-milah terlebih dahulu film yang mana yang kira-kira dapat melepaskan penat ini.
Mataku tertuju kepada satu film sederhana. Temanku pernah merekomendasikan film ini. Dia hanya berkata kalau film ini bagus untukku. Pilihanku jatuh pada Life of Pi. Konon katanya film ini diangkat dari kisah nyata, based on true story, bahasa kerennya. Film ini mengisahkan tentang bagaimana seorang anak India dapat bertahan hidup di tengah laut bersama seekor harimau dengan persediaan makanan dan minuman yang sangat sangat terbatas. Seketika aku membayangkan kalau diriku sendiri berada di tengah laut, terapung selama berbulan-bulan. Tak ada teman, makanan terbatas, minum terbatas, hanya air laut saja yang ada, pakaian pun hanya yang ada di tubuh saja. Rasanya aku mungkin tidak akan bisa survived, jika dihadapkan pada kondisi seperti itu. Tapi tidak dengan Pi, dia bisa melewati itu semua. Dia bisa bertahan di tengah lautan dengan keadaan memprihatinkan seperti itu. Mungkin tidak masuk akal tetapi tidak ada yang tidak masuk akal kalau Tuhan bekerja dibalik semua-Nya itu.
sumber: http://adf.ly/PBDSP |
Tuhan memang luar biasa. Dia tetap bekerja ketika laut tenang maupun ketika badai datang. Ketika badai datang dan Dia seakan-akan tidak menolong, sesungguhnya di sanalah Ia. Ia melihat kita. Ia melihat perjuangan kita melawan badai. Ia tidak menelantarkan kita. Ia memberi kekuatan agar kita dapat melewati badai itu dan iman kita menjadi semakin kuat.
Film ini memberikan pelajaran tersendiri buatku. Terlebih untukku yang masih berlayar di tengah laut yang tenang ini. Aku harus waspada dan membekali diriku. Aku harus mempersiapkan diriku menghadapi badai yang sewaktu-waktu bisa saja datang.
Kalimat terakhir dariku:
ANDA HARUS MENONTON LIFE OF PI DAN AMBIL PELAJARAN BERHARGA DARINYA.
SELAMAT MELANJUTKAN PELAYARAN ANDA!
sumber: gettyimages |
Kembali ke cerita awalku tentang pertemuan gadis muda di atas ketika berada dalam kapalku. Kami bertemu cukup lama dan sempat membicarakan mimpi-mimpi kami sambil menikmati sajian yang tersedia di kapalku saat itu. Cukup lama kami bercakap-cakap sampai tiba-tiba dia bertanya satu hal yang cukup menyentakku. "Kalau kau meninggal, kau tahu kau akan pergi kemana?" Aku sempat terdiam sejenak. Merenungkan pertanyaan gadis muda ini. Setelah merenung sebentar, aku serta merta menjawab, "Kalau aku tahu, aku akan pergi kemana karena aku tahu siapa yang pegang hidupku selama ini dan aku pun tahu ketika aku pergi dari hidup ini, aku akan dibawa pergi kemana oleh-Nya." "Kalau kamu, saya tidak tahu. Kamu yang tahu sendiri jawabnya." Dia pun seketika hilang dalam diam.
Aku tidak tahu apa yang dipikirkannya saat itu. Mungkin tidak hanya gadis itu yang masih ragu kemana dia akan pergi ketika dia meninggalkan dunia yang fana ini, banyak orang lain di bumi ini yang masih ragu. Mereka menghabiskan banyak waktu untuk kesenangan mereka sendiri. Berpesta di dalam kapal, bersenang-senang, dan hanyut dalam kesenangan yang semu lainnya. Mereka memuaskan diri sementara di bumi ini karena mereka ragu kalau-kalau mereka akan pergi ke tempat yang tepat setelah mereka pergi dari dunia ini.
Kalau kamu? Kamu akan pergi kemana setelah meninggalkan dunia ini?