KULINERAN MINIM SAMPAH DI BANDUNG

23:54:00



Tahun lalu di tengah padatnya pekerjaan di kantor, saya memutuskan berhenti sejenak dan berwisata ke Kota Kembang, Bandung. Saya mencoba kulineran di Bandung dengan menghasilkan sedikit sampah. 


Sebelum berangkat ke Bandung, saya sudah terlebih dahulu mempersiapkan peralatan untuk membantu saya mengurangi sampah saat kulineran. Saya juga memeriksa ulasan tempat makan yang akan saya kunjungi di Google Maps. Dari situ saya bisa mengetahui cara penyajian makanan dan alat makan yang disediakan, guna ulang atau sekali pakai. 


Kira-kira bisa gak ya saya minim sampah selama kulineran di Bandung? Baca sampai habis untuk tahu perjalanan kuliner saya di Bandung.


1. Seroja Bake


Seroja Bake menjadi tujuan utama saya ke Bandung. Teman-teman penggiat lingkungan sering menyampaikan ulasan positif mengenai Seroja Bake. 


Sekilas Seroja Bake sama dengan bakery pada umumnya. Namun, penilaian saya salah.


Malam pertama saya tiba di Bandung, saya membuat janji makan malam dengan teman di Cihapit. Awalnya kami ingin makan nasi dulu di sebuah resto kecil, bernama Gang Nikmat. Tapi teman saya salah mengartikan obrolan singkat kami di Whatsapp. Pada akhirnya kami bertemu di Seroja Bake.


Sekitar pukul 7.30 malam, saya tiba di Seroja Bake. Dari luar, Seroja Bake terlihat kecil tapi ternyata memiliki 2 lantai. Teman saya sudah sampai duluan dan membeli Quiche Rendang Singkong. Quiche adalah pie berasal dari Perancis. Ukurannya lebih besar dari pie yang biasa kita temui di Indonesia dan isian Quiche biasanya gurih. Di Perancis, isian Quiche terdiri dari keju, bacon, dan sayuran. Nah, Quiche di Seroja Bake beda! Isiannya rendang. Lokal banget kan? Rasa pastry dari Quiche nya masih terasa tapi in a local way. Berasa makan nasi padang tapi nasinya tuh dari kulit pastry. Gurih dan mengenyangkan!

Quiche Rendang Seroja Bake
Dok. Pribadi

Dengan menggunakan bahan-bahan lokal, Seroja Bake mengurangi potensi sampah dan emisi gas selama distribusi bahan baku pembuatan pastry


Untuk minuman, saya memesan Teh Kecombrang. Biasanya kita menikmati kecombrang dalam campuran sambal atau sayur tapi Seroja Bake menggunakan kecombrang untuk campuran teh. Teh disajikan dalam gelas dan tidak menggunakan sedotan. Saya minum langsung dari gelasnya. Rasa tehnya menyegarkan dan wangi sekali karena irisan kecombrang. Biar gak ada sampah, saya makan dong kecombrangnya.


Puvlova Musim Buah, Teh Kecombrang
Dok. Pribadi

Sampah yang saya hasilkan saat dine in  di Seroja Bake hanya tisu. Sendok sudah dibungkus dengan tisu jadi saya gak bisa menghindarinya. 


2. Gang Nikmat 

Dok. Pribadi

Sesuai namanya, resto ini terletak di sebuah gang sempit di Cihapit. Jaraknya hanya 50 meter dari Seroja Bake. Di Gang Nikmat saya mencoba makanan rumahan; Ayam Goreng Nikmat dan Spicy Kailan Crispy. Tekstur ayam gorengnya lembut banget. Sambalnya enak dan gak terlalu pedas. Yang paling nagih sih si Kailan, kriuk seperti kerupuk dan gurih tapi gak pedas sesuai nama menunya. 



Sampah yang saya hasilkan selama makan di Gang Nikmat adalah tulang ayam. Biasanya kalau di rumah, saya memasukkan sampah organik ke kompos. Sayang kali ini sepertinya harus berakhir di TPA :( Gak mungkin saya bawa ke Jakarta juga kan.


3.  Bakmi Tjo Kin

Kuliner Cihapit, Bandung
Dok. Pribadi

Saya tahu Bakmi Tjo Kin ketika melintas di Jalan Cihapit. Bakmi Tjo Kin selalu ramai dengan pengunjung. Namun sayang waktu sudah terlalu malam saat saya ingin makan di sana. Resto sudah closed order.


Keesokan harinya, saya baru kesampaian ke Bakmi Tjo Kin. Sudah lewat jam makan siang, Bakmi Tjo Kin tetap ramai. Walaupun begitu, tidak menurunkan semangat saya untuk mencoba Bakmi Tjo Kin.



Begitu masuk ke dalam resto, saya langsung menuju ke kasir untuk memesan makanan. Saya memesan Yamien Asin Komplit, ada tambahan Baso, Suikiaw, Baso Tahu. Tekstur mie gak terlalu lembut. Mirip bakmi di chinese resto. Kuah kaldunya gurih bener tapi bukan gurih MSG gitu ya. Potongan ayamnya besar dan tekstur dagingnya lembut. Rasa baso, suikiaw, dan baso tahu juga enak dan menambah kegurihan yamien. Porsi yamien kalau difoto sih kelihatan sedikit ya tapi mengenyangkan kok. 


4. Work Coffee Indonesia


Dok. Pribadi

Saya paling senang nongkrong di Work Coffee Indonesia. Saya bisa banget menghasilkan nol sampah di Work Coffee karenaaaa semua minuman dan makanan yang saya pesan disajikan dalam gelas/cangkir dan piring guna ulang. Kopinya juga cocok untuk saya yang gak bisa minum kopi serius. If you know what I mean…

Work Coffee Indonesia, Bandung
Dok. Pribadi

Work Coffee memang mengkampanyekan 0% plastik. Di dalam kedai kopi, kita bisa melihat poster anti plastik lewat tulisan di dinding. Pembelian dengan tumbler sendiri di Work Coffee juga akan mendapatkan diskon sebesar 20% untuk mengapresiasi customer yang sudah berusaha take away kopi minim sampah.

Dok. Pribadi

Untuk urusan sampah, Work Coffee mempunyai tempat sampah terpilah di area outdoor kedai. Sampah terpilah yang masih bisa didaur ulang, dikirimkan ke Bank Sampah setempat. Sedangkan sisa organik seperti, ampas kopi, kembali diolah pupuk tanaman. Customer bisa membeli pupuk kopi di konter pembelian.

Dok. Pribadi

Yang paling keren di Work Coffee, kamu gak bisa membeli Air Mineral Dalam Kemasan even dalam kemasan botol kaca. Kamu bisa isi ulang botol minuman melalui dispenser yang tersedia. Hasil kolaborasi Work Coffee dan Izifill. Meja bersih dari botol dan gelas plastik.


Gak ada sampah yang saya hasilkan sama sekali di Work Coffee Indonesia.


Semoga semakin banyak kedai kopi yang sadar akan pengelolaan sampah seperti Work Coffee ya. Amin.


5. Kupat Tahu Gempol 

Makanan Legendaris Bandung
Dok. Pribadi

Saya tahu Kupat Tahu Gempol saat menonton kanal YouTube Kimbap Family. Mama Gina dan suami sempet cobain makanan legendaris ini waktu liburan ke Bandung. Saya pun penasaran seenak apa sih makanan di Kupat Tahu Gempol.


Lokasi Kupat Tahu Gempol terletak di Kota Bandung tepatnya di Jalan Gempol Kulon. Warga Bandung biasanya menjadi Kupat Tahu sebagai menu sarapan pagi. Sebetulnya di Jakarta, Kupat Tahu tuh mirip ketoprak ya. Harusnya saya ke sini pesen Kupat Tahu ya tapi kok pengen Lontong Kari. Ya sudah saya pun sarapan Lontong Kari. Anaknya memang anti-mainstream.  

Dok. Pribadi

Kuah Lontong Karinya gurih, light, dan gak terlalu berminyak sih. Mirip ketupat sayur di Jakarta. Bedanya Lontong Kari di Kupat Tahu Gempol pakai daging sapi. Daging ini sih yang buat kuahnya lebih gurih. Namun, saya kurang puas dengan tekstur dagingnya yang masih agak keras. Mungkin kurang lama direbus ya.


Saya bisa banget minim sampah di Kupat Tahu Gempol karena makanan disajikan pakai mangkok atau piring. Lalu saya bawa air minum sendiri jadi saya gak pesan minuman. Saya gak menghasilkan sampah botol plastik atau sedotan deh selama makan di sini.


Terima kasih sudah membaca pengalaman saya wisata kuliner minim sampah di Bandung. 


Selain kelima tempat di atas, kamu punya rekomendasi resto, cafe, atau warung makan enak dan bisa minim atau nol sampah lagi gak di Bandung? Tulis rekomendasi kalian di kolom komentar ya. 


Sampai jumpa di kulineran minim sampah selanjutnya!

You Might Also Like

0 comments

Give Me Your Comment