I Not Stupid Too |
Baru saja selesai nonton film dan seperti biasa kalau film itu berkesan pasti saya akan ceritakan di blog ini. Film yang kali ini saya mau ceritakan bukan film Indonesia, Korea, Thailand, atau bahkan Hollywood. Film ini berasal dari negeri yang letaknya bersebelahan sama negara kita, Singapore. Awalnya saya pikir ini film Taiwan karena bahasanya hampir mirip sama bahasa yang dipakai di Taiwan tapi ternyata saya salah. Ini pertama kalinya saya nonton film Singapore dan ternyata ngga seburuk yang saya bayangkan.
Film ini diangkat dari sebuah kisah yang sederhana, yang mungkin pernah kita terjadi juga di keluarga kita. Film ini merupakan sebuah drama komedi yang menceritakan tentang tiga orang yang anak: Tom, 15 tahun, adik Tom yang bernama Jerry, 8 tahun, dan teman sekolah Tom, Chengcai. Mereka semua mempunyai bakat tetapi sayangnya orang tua dan guru mereka tidak menyadari hal itu. Orang tua Tom dan Jerry terlalu sibuk untuk mencari uang sampai-sampai komunikasi yang mereka jalankan dengan anak-anak mereka hanyalah sebatas kertas saja. Sedangkan orang tua Chengcai, ayahnya adalah mantan seorang narapidana yang tidak tahu bagaimana caranya untuk menunjukkan kasih sayang dan perhatian yang tepat kepada anaknya. Guru Tom dan Chengcai pun tidak menyadari perlakuan kasar dan kata-kata kasar yang menambah tekanan kepada kedua anak tersebut. Dia hanya tahu mendidik dengan cara yang kasar sama seperti pada waktu dia dididik dulu.
Film ini bagus sekali untuk para calon orang tua atau yang mungkin sudah jadi orang tau tetapi ngga tahu bagaimana cara mendidik anak. Saya juga menyarankan untuk guru yang masih mengajar dengan cara jadul (jaman dulu) untuk nonton film ini supaya mereka tahu bahwa cara mengajar yang jaman dulu belum tentu cocok untuk diterapkan di jaman sekarang karena setiap tahun ada saja perubahan yang terjadi di setiap generasi yang kita ajar.
Pokoknya film ini recommended banget deh untuk ditonton. Buat yang butuh hiburan pas lagi liburan coba tonton film ini deh. Ngga ada ruginya. Biar kalian tambah yakin buat nonton, nih saya bagikan potongan narasi di film ini yang sangat inspiring.
"When we were young, there was plenty of encouragement and praises to help us overcome our obstacles.
We never realized how lucky we were then.
Somewhere along the way, the praises and encouragement changed as we grow up.
Everyone gradually shuts themselves out.
Give more encouragement and compliments.
See one’s virtues.
Is it that difficult?
Everyone needs encouragement.
But why do we often hesitate to show our compliments?
In every child, there’s an angel and a devil.
Seek out the angel, and the best qualities will surface.
There’s much truth in the saying, “Resources used wrongly will become waste.”
“Waste used correctly can become resources.”
From this we learn that, appreciation is a powerful force.
This powerful force may be the result of the simplest of words that you say…
Or an action, or a simple expression.
You never know what you have changed."
Sudah beberapa hari ini dalam perjalanan saya pulang dari rumah ke kampus, saya berjalan agak lambat dari biasanya. Saya berjalan sambil melihat-lihat rumah kosong. Yap, bulan depan saya akan pindah rumah. Saya akan meninggalkan rumah yang saya sudah saya tempatin lebih dari 10 tahun. Rumah dimana saya mendapat keceriaan bersama keluarga saya dan rumah itulah yang menjadi saksi kepergian papa saya untuk selama-lamanya. Sejujurnya saya agak berat meninggalkan rumah ini, tapi karena satu dan lain hal saya terpaksa harus pindah dan mencari rumah yang baru.
Mencari rumah baru ternyata ngga semudah yang saya bayangkan. Banyak hal yang perlu dipertimbangkan. Kamar tidurnya berapa. Kamar mandinya berapa. Tetangganya gimana. Daerah rumahnya rawan banjir atau ngga dan masih banyak lagi. Saya kadang iri sama orang yang ngga perlu mikirin tempat dimana dia harus tinggal karena kekayaannya yang berlimpah-limpah. Kekayaan yang kalau kata papa saya, ngga bakal habis sampai keturunan ketujuh. Manusiawi kan saya iri? Tetapi saya masih bersyukur kalau saya bisa tinggal selama lebih dari sepuluh tahun di rumah yang akan saya tinggalkan bulan depan ini. Saya bersyukur karena setidaknya di rumah ini banyak kebahagiaan yang saya dapatkan. Ada kehangatan yang ngga bisa saya dapatkan ketika saya berkunjung ke rumah yang lain. Hanya di rumah ini saya bisa mendapatkan kehangatan, meskipun rumah ini ngga diisi dengan furniture atau pun barang-barang mewah seperti kebanyakan rumah yang lain.
Tahun lalu saya berkunjung ke sebuah rumah kerabat saya. Rumah itu diisi dengan berbagai furniture yang lumayan lebih mewah dari rumah saya dan barang-barang elektronik yang cukup mahal. Tetapi saya ngga menemukan kehangatan di sana, tidak ada keceriaan di rumah itu. Penghuni rumah itu bahkan tidak pernah berbagi canda tawa ketika mereka berkumpul dalam satu ruangan. Hanya ada ketegangan di sana, saya bahkan ngga betah untuk berlama-lama tinggal di rumah itu meskipun berbagai barang mewah tersedia di sana.
Rumah mungkin terlihat sepele untuk sebagian orang apalagi buat orang-orang yang tadi saya bilang. Orang yang kekayaannya ngga bakalan habis dari keturunan ketujuh. Mereka hanya berpikir rumah adalah tempat berlindung dari panas matahari dan hujan. Padahal rumah seharusnya lebih dari tempat kita berlindung. Rumah seharusnya adalah tempat dimana kita bisa berbagi keceriaan. Rumah seharusnya tempat dimana semua orang mendapatkan kehangatan di dalamnya. Ngga akan ada orang yang ngga akan betah jika ada kehangatan di dalam suatu rumah. Yang paling penting, rumah seharusnya menjadi satu-satunya tempat dimana kita akan merasa ingin selalu pulang. Kemana pun kita pergi, kita akan mempunyai keinginan yang kuat untuk pulang ke rumah karena hanya di rumah sajalah kita mendapatkan kehangatan.
Sepertinya kesepian memang sudah menjadi teman terbaikku
Aku punya keluarga
Tetapi mereka seakan bisu dan tuli
Tidak mau bertanya dan mendengar apa yang dirasakan hatiku
ini
Hampa
Sepi
Sunyi
Aku punya teman
Mereka bisa melingkarkan senyum di wajah ini
Tetapi tidak bisa menyalurkan sukacita untuk hati yang hampa
ini
Siapa yang dapat mengusir kehampaan ini?
Siapa yang bisa mengusir kesepian ini?
Aku tidak mau lama-lama berteman dengannya
Minggu, 27.05.2012
Mimpi. Hal ini selalu menyangkut di pikiran saya. Apakah setiap orang mempunyai mimpi? Kalau mereka mempunyai mimpi mengapa di antara mereka ada yang hidup ala kadarnya? Pertanyaan ini muncul ketika saya melihat orang-orang yang hidup di sekitar saya.
Kalau kalian menanyakan apa saya sendiri mempunyai mimpi? Saya akan menjawab, iya. Saya mempunyai mimpi. Beberapa hari belakangan ini saya hampir menyerah untuk terus menggapainya. Thanks to God, Dia kembali mengingatkan saya untuk tidak menyerah untuk menggapai mimpi saya. Melalui Nick Vujicic, Tuhan mengingatkan saya untuk kembali mengejar mimpi yang selama ini saya punya. Entah sudah berapa lama saya mengabaikan mimpi ini. Entah sudah berapa banyak waktu yang saya buang demi mencapai kesenangan sesaat. Saya kembali melihat mimpi itu. Mimpi yang Tuhan taruh di dalam hati saya beberapa tahun silam. Mimpi yang mungkin menurut orang sangat mustahil untuk saya gapai. Tetapi hari ini saya kembali mempunyai keyakinan bahwa saya mungkin untuk menggapainya.
Nick seorang yang tidak mempunyai kaki dan tangan saja bisa untuk mencapai mimpinya. Masakan saya yang mempunyai fisik yang normal tidak mampu mengejar dan mencapai mimpi saya? Kisah Nick dalam mencapai mimpinya sangat memotivasi saya untuk kembali mengejar mimpi saya. Sekalipun dia tidak mempunyai tangan dan kaki, teman-temannya sering mencemoohkan dia karena keadaan fisiknya, dia tidak pernah menyerah. Dia tahu bahwa segala hal yang terjadi diizinkan Tuhan untuk mendatangkan kebaikan baginya, bagi hidupnya. Dia tahu siapa yang memegang mimpi dan masa depannya, bukan orang tuanya atau pun teman-temannya. Tuhanlah yang memegang mimpinya. Tuhanlah yang memegang masa depannya.
Thanks to Nick
Kisah hidupnya sangat memotivasi saya untuk kembali bangkit. Ada satu potongan kata-kata yang sangat menusuk jiwa saya, ketika saya membaca apa yang Nick tulis dalam buku yang ditulisnya.
sumber: googleimages |
Kisah hidupnya sangat memotivasi saya untuk kembali bangkit. Ada satu potongan kata-kata yang sangat menusuk jiwa saya, ketika saya membaca apa yang Nick tulis dalam buku yang ditulisnya.
"Menunggu adanya perubahan tidak akan mengubah apa pun. Membulatkan tekad untuk bertindak sekarang akan mengubah segalanya!"
Ya, saya selalu menunggu untuk kapan mimpi saya akan dapat saya capai. Saya menunggu dan menunggu tanpa melakukan perubahan dalam diri saya. Kini saya tahu apa yang saya harus lakukan untuk dapat membuat mimpi itu menjadi kenyataan. Mungkin butuh waktu yang tidak lama untuk saya mencapai mimpi itu, tetapi selama saya mempunyai Tuhan saya tidak perlu takut. Dia akan selalu membantu saya untuk bangkit ketika saya jatuh dalam perjalanan saya untuk mengejar mimpi saya.