Pengalaman yang saya dan teman saya dapat di Bandung pada hari pertama tidak membuat kami kehilangan semangat untuk kembali menyusuri kota kembang tersebut.

Sebelum menyusuri kota Bandung, kami bersiap-siap untuk menikmati sarapan terlebih dahulu. Sarapan yang disediakan oleh homestay cukup untuk menambahkan energi kami untuk jalan-jalan saat itu. Setelah kami menghabiskan sarapan, kami langsung beranjak dari meja makan kami. Tujuan pertama kami adalah mencari museum KAA. Konon tempat itu adalah saksi konferensi pemimpin negara Asia dan Afrika. Kami berjalan kaki dari homestay, melewati pasar baru. Pasar baru di Bandung dan Jakarta ternyata tidak ada bedanya. Di daerah sekitar pasar cukup banyak warga Tionghoa yang tinggal di daerah tersebut. Entah berapa kilometer yang kami jalani (mungkin agak lebay...), yang pasti kami senang sekali ketika melihat Jl. Asia Afrika. Oh, berarti museumnya tidak terlalu jauh dari sini. Alih-alih menemukan museum KAA, kami malah melihat salah satu mesjid di Bandung. Ramai sekali pengunjung mesjid ketika hari minggu dan juga pedagang yang berjualan di halaman mesjid.


Kami ingin sekali melihat bagian dalam mesjid ini tetapi berhubung saat itu sedang ramai, kami membatalkan niat kami. Kami melanjutkan perjalanan kami menyusuri jalan Asia Afrika bermodalkan GPS dan pertanyaan kepada penduduk setempat, "Pak, museum KAA dimana ya?".

Usaha kami membuahkan hasil, kami sampai  juga di museum KAA. Suasana minggu pagi di Jalan sekitar museum KAA cukup sepi. Hanya ada sekelompok anak pelajar yang sedang bermain sepeda dan berfoto di sekitar gedung museum.

Suasana Minggu Pagi di Depan Museum KAA

Bermain Sepeda di Depan Museum

Di Depan Museum

Berhubung kami terlalu pagi sampai sana, akhirnya kami harus menunggu di depan museum selama beberapa menit. Pada pukul 09.00 akhirnya museum pun dibuka dan  kami menjadi pengunjung pertama :D For your information, you don't need to enter this museum. It's free! Gratis! Museum KAA ini ternyata tidak terlalu luas tetapi banyak sejarah yang tersimpan di sana. Here I found some historical things inside the museum.

Gong Penanda

Foto saat Bung Karno memeriksa kebersihan toilet di gedung KAA

Pancasila - Versi Bahasa Indonesia & Inggris

Entrance Gate

Peraturan yg diterapkan dalam sistem Apartheid

Mandela's speech

Ruangan yang dipakai untuk Konferensi Asia Afrika

Museum ini tidak terlalu luas sehingga kami hanya memerlukan waktu sekitar satu jam lebih untuk berkeliling (belum termasuk sesi foto-foto ya....). Puas berkeliling di museum KAA, kami melanjutkan perjalanan kami ke Jalan Braga. Kenapa Braga? Karena di sana tersedia berbagai restoran dan perut kami perlu diisi makanan oleh salah satu restoran di sana.

Jarak dari museum KAA ke Jalan Braga tidak terlalu jauh sehingga kami memutuskan untuk berjalan kaki. Selain hemat, badan juga sehat kan?

Sampai di Jalan Braga, kami baru menyadari kalau jalan tersebut memang terlihat berbeda. Kami menyusuri sepanjang jalan Braga sambil menangkap gambar bagus dengan kamera saku kami sambil melihat-lihat restoran di sepanjang jalan tersebut. Pilihan kami jatuh pada salah satu restoran bebek, BEBEK GARANG. Konon restoran ini terkenal sekali di Bekasi. Bebek menjadi menu andalan di restoran ini (Ya iyalah, namanya juga restoran bebek :p). Makanan dan minuman yang ditawarkan di sini tidak terlalu mahal, ya standarlah sekitar 20-30 ribu untuk sekali makan.

Welcome to Jl. Braga

Jalanannya Unik

Bebek Garang di Jl. Braga

Bebek Garang Menu

Selesai makan lanjut jalan-jalan lagi..........

-Bersambung-

Setelah kemarin saya bercerita tentang keberangkatan saya dan teman traveling saya menuju Bandung dari stasiun gambir, kali ini saya akan bercerita tentang bagaimana perjalanan saya kurang lebih selama 2 jam menuju Bandung.

Percaya atau tidak, traveling naik kereta menuju Bandung adalah perjalanan pertama saya. Kelas eksekutif argo Parahyangan membuat saya menikmati perjalanan pertama saya menuju Bandung. Buat yang mau ke Bandung di kala weekend atau saat hari lliburan, saya sarankan lebih baik naik kereta api saja karena Anda tidak perlu pusing karena macet di tol. Kereta macetnya dimana? Ngga ada kan? Selain itu Anda juga bisa melihat pemandangan yang sangat menakjubkan kalau naik kereta api, siapa tau juga bertemu cowok ganteng/cewek cantik di kereta api ya kan? *abaikan*

Tiket Kereta Api Jakarta-Bandung Kelas Eksekutif (Dok.Pribadi)

Setelah beberapa jam, akhirnya saya dan Pandan, teman traveling saya tiba di Bandung. Setibanya di Bandung, kami tidak lupa ke toilet :p Toilet di kereta api menurut saya kurang nyaman. Bukan karena kebersihannya tetapi guncangan saat mau ke toiletnya itu loh. Tahu kan maksud saya? Oh ya, toilet di stasiun KA Bandung lumayan bersih dan nyaman loh.

Suasana Stasiun KA Bandung di Malam Hari (Dok.Pribadi)

Kami keluar dari sebelah selatan stasiun Bandung setelah menyelesaikan urusan di toilet. Mengapa selatan? Karena menurut pengelola homestay, jalur selatan memudahkan kami untuk menemukan homestay yang akan kami inapi untuk beberapa hari. Kami akhirnya menyusuri jalan lewat jalur selatan tersebut dan seketika kami berdua keheranan karena tidak ada angkutan umum di sepanjang jalur tersebut. Yang ada di jalur tersebut hanyalah 'perempuan' yang berdiri di sepanjang jalan. Kami galau. Kami resah. Apakah kami salah jalan? Kami akhirnya memberanikan diri untuk bertanya kepada orang-orang di sepanjang jalan tentang keberadaan homestay By Moritz. Kami berjalan kaki selama lebih dari 15 menit dan terlihatlah secercah harapan, plang homestay By Moritz. 

Sesampainya di homestay, kami memasuki kamar dan kelaparan. Kami ingin membeli makanan keluar tetapi kami galau karena takut kalau orang-orang mengira kami perempuan nakal. McD akhirnya menjadi jawaban untuk kelaparan di tengah malam. Hanya perlu menunggu 30 menit, makanan yang kami pesan sudah ada di depan pintu homestay. 

Setelah makan malam dengan menu fast food di dalam kamar homestay, kami memutuskan untuk beristirahat. Saya membaringkan tubuh saya di atas kasur yang mungkin tidak setebal spring bed tapi setidaknya tidak keras seperti papan. Tidak lama kemudian saya mulai terpejam. Namun saya terbangun saat tengah malam dikarenakan keluhan teman saya. Dia menemukan kutu di atas permukaan kasurnya dan juga di kasur yang sedang saya tiduri. Seketika saya terbangun dan langsung membersihkan kasur saya lalu saya kembali tidur. Teman saya? Dia tidak bisa tidur di kasur. Dia takut kalau diserang kembali oleh kutu-kutu tersebut dan alhasil dia memutuskan untuk tidur di lantai.

Untuk masalah yg kami alami di homestay ini, saya sempat membuat tulisan tentang pengalaman saya menginap di tripadvisor.com. Betapa terkejutnya saya, ternyata tulisan tersebut mendapat tanggapan dari sang pemilik homestay. Beliau mengirim pesan melalui akun pribadi saya dan ingin mengembalikan uang penginapan kami karena masalah kasur tersebut tetapi kami menolak. Setelah kejadian tersebut, si pemilik hotel bercerita kepada saya melalui surel kalau beliau sudah memanggil perusahaan pembasmi hama untuk menghilangkan kutu-kutu nakal tersebut dan kamar yang pernah saya dan teman saya tempati akhirnya ditutup untuk sementara waktu.

Toilet Minimalis dan Bersih (Dok.Pribadi)

Lobby (Dok. Pribadi)

Kamar Tidur 2 Ranjang  (Dok. Pribadi)

Untuk teman-teman yang mau menginap di sana, jangan takut sama kutu karena kutu-kutu nakalnya sudah dibasmi kok. Pemilik homestay nya baik pula. Sarapannya juga enak. Hehehehe


Itulah hari pertama saya di Bandung. Hari pertama yang tidak akan pernah saya lupakan.

Tahun ini saya memulai sebuah perjalanan ke luar kota tempat saya tinggal. Kota yang kami pilih adalah suatu kota yang sepertinya selalu jadi favorit kebanyakan orang saat weekend tiba. Bagi kebanyakan orang, mungkin kota ini sudah biasa tetapi bagi saya tidak. BANDUNG, ya itulah kota yang saya pilih untuk memulai perjalanan saya di tahun ini.

Memang di awal tahun saya membuat resolusi untuk bisa mengunjungi kota Bandung tetapi saya tidak menyangka kalau Tuhan mengizinkan saya untuk memenuhi resolusi ini tiga bulan setelah saya membuatnya.

Awalnya teman saya curhat ke saya kalau dia penat dengan pekerjaan kantor. Lalu dia mengajak saya untuk pergi ke luar kota tetapi dia bingung kota apa yang menarik untuk dikunjungi. Tiba-tiba saya berkata, "Bandung aja yuk?" Selanjutnya direspon dengan baik oleh teman saya, "Yuk? Naik kereta aja. Gue cek harga tiketnya dulu yak?"

Betapa bahagianya saya akhirnya saya mempunyai kesempatan mengunjungi kota Bandung!

Apa saja tempat yang saya kunjungi di Bandung? Tunggu cerita selanjutnya.........

sumber: google images

Perjalanan ini semakin lama semakin menantang saja. Bulan lalu aku diserang oleh penyakit. Tidak parah memang. Aku hanya diwajibkan beristirahat sehari saja namun hal buruk malah terjadi ketika aku memutuskan untuk tidak berlayar selama sehari. Ada seorang penumpang di kapalku yang protes. Padahal dia sudah aku anggap rekan dekatku tetapi saat itu aku kecewa karena malah dia yang memprotes ketika aku memberhentikan kapal untuk sejenak. Entah aku yang saat itu sedang sensitif karena keadaan tubuhku sedang tidak fit atau? Ah, entahlah. Sejak kejadian itu aku belajar untuk tidak mengandalkan orang lain ketika aku sedang tidak bisa ikut berlayar.

Beberapa minggu setelah kejadian itu, salah seorang rekan di kapalku, dia yang selama ini membuat beberapa penumpang kapalku berpindah ke kapal lain, memutuskan untuk berhenti berlayar bersamaku dan rekan-rekan yang lain. Dia bercerita kepadaku kalau dia mendapatkan tawaran pekerjaan lebih bagus di kapal yang lain. Lebih bagus? Mungkin bagi dia lebih bagus. I'm wandering. Apakah tawaran tersebut lebih bagus menurut sang Kemudi hidupnya? Hmmm..... I don't know. Ya tapi begitulah manusia, terkadang mereka lebih memilih sesuatu yang terlihat mempunyai 'harapan' untuk masa depan mereka. Aku pun pernah sempat tergoda tetapi aku memilih untuk mengikuti kata-Nya, kemauan-Nya bukan mau kemauanku.

Mungkin kapal ini sedikit sepi karena ada satu rekanku yang pergi tetapi aku tahu sang Kemudi sedang mempersiapkan kedatangan rekan yang lain. Ya, Dia sedang mempersiapkan orang tersebut.

April 2014