Semakin lama penumpang dalam kapalku ini semakin beragam. Mulai dari penumpang yang seenaknya saja melakukan sesuatu, penumpang yang sering ngambek ketika keadaan kapal tidak sesuai dengan keinginan hatinya, sampai penumpang yang selalu membuat aku tersenyum.

Penumpang itulah yang membuat perjalananku menjadi lebih 'berwarna'. Terkadang aku suka mengeluh di dalam hatiku, kenapa sang Kemudi mengizinkan penumpang seperti ini atau penumpang seperti aku untuk ikut berlayar bersamaku. Namun seketika aku mengingat perkataan-Nya, "Bersyukurlah senantiasa".

Baiklah Kapten!

Tidak terasa sudah mendekati akhir bulan Oktober. Perjalanan selama bulan ini ternyata tidak semudah yang rencanakan saat berada di titik awal. Ada badai yang memang tidak terlalu keras tapi tetap saja mengganggu perjalanan saya selama saya berada di bulan Oktober. Mulai dari partner kerja yang terkadang suka membuat kesal orang lain sampai penghuni kapal saya yang lain, anak-anak yang membuat hati saya capai. Mungkin sang Kemudi ingin membuat saya lebih bersyukur dengan apa yang saya alami di setiap perjalananku. Walaupun ada badai, setidaknya sang Kemudi tetap memegang kendali atas kapal saya kan? Jadi saya tidak perlu takut dan gentar seandainya badai di hari atau bulan berikutnya semakin kencang. Saya tahu Dia adalah sang Kemudi yang bisa saya percaya.

Selain badai yang bisa dibilang cukup mengganggu saya untuk menikmati perjalanan, ada juga suatu peristiwa mengesankan yang saya alami. Pelangi sehabis hujan. Akhirnya sang Kemudi mengizinkan saya melihat pelangi yang sangaaaaaat indah. Saya sampai terkesima melihat perbuatan-Nya yang besar ini. Mungkin bagi beberapa orang, melihat pelangi dalam perjalanan menuju ke suatu tempat adalah hal yang biasa, tapi untukku melihat pelangi adalah pekerjaan yang paling menyenangkan di muka bumi ini. Karena pelangi mengingatkan saya tentang betapa besar perbuatan-Nya.Walaupun pria yang paling saya sayangi tidak bisa menemani saya melihat pelangi yang sangat indah ini, saya percaya dia melihat dari tempat yang nun jauh dan indah di sana. Saya sempat berbincang dengan salah satu penghuni kapal, teman baik saya. Dia mengalami hal yang sama dengan saya, ditinggalkan oleh pria yang paling kami sayangi. Dia berbisik kepada saya saat kami bersama-sama melihat pelangi itu,"Wi, papa kita lihat kita di sini kan ya?" Seketika air mata keluar dan membasahi pipi merah saya.

Graduation Day - 10 Oktober 2013

Pelangi ini indah sekali kan, Pa? :')

Pelayaran kali ini ternyata tidak mudah untuk dijalankan. Banyak hambatan ketika kapal sedang berlayar menuju suatu pulau. Ternyata pelayaran ini membutuhkan cukup banyak stok kesabaran karena salah satu partner saya dalam berlayar kali ini ternyata tidak sebaik yang saya bayangkan sebelumnya. Mengesalkan? Itu pasti tetapi saya tidak bisa menghindarinya karena saya berhadapan dengannya hampir setiap hari. Mungkin ini adalah tantangan dalam pelayaran saya kali ini. Mungkin sang Kemudi ingin saya menjadi orang yang lebih sabar lagi, lebih sabar lagi dan menerima kekurangan partner saya ini.

Dibalik kekesalan saya akan partner yang agak mengganggu pelayaran saya ini, sang Kemudi juga tidak lupa memberikan dua orang partner yang mungkin tidak sempurna tetapi setidaknya mereka bisa menghibur saya di tengah kekesalan saya. Mereka dua orang yang unik dan lucu. Saya tidak tahu bagaimana hari-hari saya jika sang Kemudi tidak menghadirkan mereka dalam pelayaran saya kali ini. Sayang saya belum sempat berfoto dengan mereka. Padahal saya bertemu dengan mereka setiap harinya (abaikan yang ini).

Doakan saya ya agar saya tetap kuat dalam pelayaran kali ini!

Setelah beberapa minggu dihadapkan pada beberapa pilihan yang sulit, akhirnya sang Kemudi membantuku untuk medapatkan pilihan yang tepat. Aku dipanggil untuk kembali berlayar bersama penghuni baru di kapalku. Esok aku akan mulai berlayar. Aku berharap ada pengalaman baru lagi yang akan aku dapatkan dalam pelayaran kali ini.....


Can't thank you enough, dear Captain!

Setelah mengarungi lautan perkuliahan, ternyata masih ada lautan yang lebih luas lagi setelahnya. Lautan yang kata teman-teman sekapal ombak dan arusnya cukup seram untuk dilalui. Baru mendengarkan ceritanya saja aku sudah gentar.

Aku sempat bercerita ke mama entang hal ini. Maklum setelah papa pergi, hanya mama lah tempatku untuk bercerita. Hanya satu hal yang dia selalu bilang, "Bertanyalah ke sang Kemudi. Dia tahu yang terbaik untukmu." Ya, aku seringkali lupa kalau aku tidak bisa mengarungi lautan ini tanpa pimpinan sang Kemudi. Aku malah sering bertanya kepada teman sekapalku daripada kepada sang Kemudi. Sepertinya hari ini aku akan kembali menemui sang Kemudi......

sumber: gettyimages

Ketika aku di dalam kapal semalam, ada seorang gadis muda, sangat ku kenal. Dia berasal dari keluarga yang terlihat harmonis dari luar tapi kenyataannya tidak ada keharmonisan dalam keluarga ini. Ibu yang seharusnya mendampingi dan mengawasi dia, tidak pernah betah di rumah. Beliau seringkali pergi entah kemana, sibuk dengan urusan dunianya sendiri. Sedangkan gadis ini, anak yang seharusnya dia perhatikan malah dia telantarkan di rumah bersama ayah dan kakaknya. Miris? Ya, itulah hidup.

Kembali ke cerita awalku tentang pertemuan gadis muda di atas ketika berada dalam kapalku. Kami bertemu cukup lama dan sempat membicarakan mimpi-mimpi kami sambil menikmati sajian yang tersedia di kapalku saat itu. Cukup lama kami bercakap-cakap sampai tiba-tiba dia bertanya satu hal yang cukup menyentakku. "Kalau kau meninggal, kau tahu kau akan pergi kemana?" Aku sempat terdiam sejenak. Merenungkan pertanyaan gadis muda ini. Setelah merenung sebentar, aku serta merta menjawab, "Kalau aku tahu, aku akan pergi kemana karena aku tahu siapa yang pegang hidupku selama ini dan aku pun tahu ketika aku pergi dari hidup ini, aku akan dibawa pergi kemana oleh-Nya." "Kalau kamu, saya tidak tahu. Kamu yang tahu sendiri jawabnya." Dia pun seketika hilang dalam diam.

Aku tidak tahu apa yang dipikirkannya saat itu. Mungkin tidak hanya gadis itu yang masih ragu kemana dia akan pergi ketika dia meninggalkan dunia yang fana ini, banyak orang lain di bumi ini yang masih ragu. Mereka menghabiskan banyak waktu untuk kesenangan mereka sendiri. Berpesta di dalam kapal, bersenang-senang, dan hanyut dalam kesenangan yang semu lainnya. Mereka memuaskan diri sementara di bumi ini karena mereka ragu kalau-kalau mereka akan pergi ke tempat yang tepat setelah mereka pergi dari dunia ini.

Kalau kamu? Kamu akan pergi kemana setelah meninggalkan dunia ini?

Source: gettyimages.com

Dalam perjalanan, ternyata ada yang singgah tanpa permisi: cinta. Dia berjalan masuk ke kapalku tanpa mengucapkan salam. Aku bahkan tak sadar kapan dia masuk. Yang aku tahu, cinta itu tiba-tiba ada di dalam kapalku. Aku berkenalan dengannya, sesekali membicarakan obrolan ringan disertai sedikit humor tapi agaknya terlalu susah bagiku untuk menggapainya. Ternyata dia hanya sekedar lewat di hadapanku, dia tidak mau singgah terlalu lama di kapalku. Mungkin beberapa bulan lagi dia akan pergi meninggalkan kapalku. Padahal dalam hati kecil ini, aku berdoa agar dia tinggal lebih lama di dalam kapalku dan tidak keluar mencari kapal yang lebih nyaman untuk disinggahi.

Rasanya setiap kali dia berjalan atau berpapasan denganku di kapal ini, aku ingin sekali memegang tangannya dan berbisik "Jangan pergi. Tinggalah bersamaku. Jadilah pendampingku. Aku takut berlayar seorang diri,." Namun itu hanya anganku saja, nyatanya aku belum punya cukup keberanian untuk mengatakan kata-kata itu.

Tuhan, tidakkah dia yang seharusnya singgah di kapalku dan menemani aku berlayar? Atau memang seharusnyakah aku mencari cinta yang lain dan melupakannya?

Kapalku sempat diterjang badai kira-kira seminggu yang lalu. Badai itu datang ya mungkin karena aku tidak mendengar pimpinan sang Kapten kapal. Aku memilih untuk berlayar menuju tempat yang menurutku terlihat aman untuk dilalui padahal kenyataannya tempat yang aman itu malah berbahaya untuk diriku dan seisi penumpang kapal.

Aku sempat menangis. Menyesal mengapa aku lebih mengikuti keinginanku daripada keinginan sang Kapten. Aku memanggil-manggil penumpang kapal yang lain, yang aku panggil "teman" untuk meminta penghiburan dari mereka atas badai ini. Meminta nasihat mereka yang aku harapkan dapat memberikan ketenangan untuk diri ini. Yang terjadi malah sebaliknya, ternyata tidak semua teman dapat memberikan solusi dan ketenangan yang aku perlukan. Aku kembali teringat kepada sang Kapten kapal. Seketika kakiku tergerak untuk berlari, mendekati ruangan kemudi dan aku mengetuk pintu ruangan itu.

sumber: gettyimages.com

Aku mengetuk dan mengetuk dan akhirnya aku menemukan jawaban di sana. Aku menemukan penghiburan dari sang Kemudi kapal, Kapten yang selama ini aku tinggal sendirian di sana, di ruang kemudi. Aku mencurahkan setiap kekesalanku karena badai ini dan tidak lupa aku meminta maaf karena telah meninggalkan-Nya di sana.

Oh ya, kapalku esok hari akan kembali ke tempat yang menurut prakiraan cuaca, akan kembali turun hujan yang mungkin disertai badai. Bagaimana badai esok hari? Apakah aku mampu menghadapinya kembali?

Tenang, aku bersama Kapten kok sekarang. No need to worry!

Kapal yang aku naiki ini sempat bergoyang. Akhir-akhir ini hujan dan angin kencang sedikit mengganggu perjalananku. Aku sedikit gentar dalam hati karena hujan angin ini. Aku melihat ke depan, dan ternyata Dia masih di sana. Sayangnya sudah lama sekali aku tidak bercakap-cakap dengan Dia, Sang Kemudi Kapalku. Dia selalu ada di sana. Suaranya sering sekali memanggil-manggilku untuk ikut menikmati perjalanan di kapall bersamanya, di ruang kemudi tapi sayangnya aku terlalu sibuk dengan pekerjaan-pekerjaanku di ruang tengah kapal. Aku sibuk mengurusi orang-orang yang ikut berlayar bersamaku.

Masih ingatkah kalian tentang anak-anak yang aku ceritakan? Ya mereka sedang aku urusi saat ini. Mereka sempat membuat hatiku geram karena di tengah perjalanan mereka saling mencerca bukannya menikmati suasana laut atau saling menceritakan pengalaman berlayar mereka. Aku geram. Aku bingung harus berbuat apa. Sampai suatu ketika aku menceritakannya pada teman baikku, bukan Sang Kemudi Kapal itu. Dia teman baikku. Aku kenal dia di tengah perjalanan menuju tempat yang dinamai Universitas. Aku tahu, aku telah mengabaikan Sang Kemudi. Dia dekat sekali. Berada satu kapal denganku, tapi entah mengapa sampai sekarang aku terlalu takut untuk menghampirinya.

Singkat cerita teman baikku ini memberikan sedikit masukan bagaimana aku harus menyelesaikan urusanku dengan anak-anak itu. Entah mengapa jawabannya tidak membuatku tenang. Memang sepertinya aku harus menghampiri Si Juru Kemudi.

Tapi aku takut. Aku terlalu takut. Takut dia tidak mau menerimaku karena sudah terlalu lama aku mengabaikannya. Aku hanya bisa berbisik saja dari balik pintu ruang kemudi. Aku berbisik dan ternyata dia masih mendengarkanku. Suaranya yang lembut membuat hatiku tenang seketika.

Dan keesokan harinya berkat bisikan lembutnya, aku dapat menyelesaikan urusanku dengan anak-anak itu. Dia membantuku. Selanjutnya, aku harus bisa memberanikan diri. Terlalu banyak pemberian yan aku terima dari-Nya selama di perjalanan. Aku bahkan tidak bisa membalasnya karena dia terlalu kaya. Dia kaya. Dia hebat.

Whispering - gettyimages.com

Minggu ini aku kembali bertemu dengan penumpang yang sempat keluar dari kapalku saat kapalku berlabuh di suatu dermaga. Penumpang ini adalah seorang anak berumur 10 tahun yang pernah aku berikan ilmu saat dia memilih berlayar denganku. Sewaktu musim liburan tiba, dia memintaku untuk menyandarkan kapal yang kami tumpangi dan dia keluar untuk waktu yang tidak dapat dia tentukan. Aku tidak pernah berharap dia akan kembali lagi tapi beberapa hari yang lalu pengasuhnya memberitahukanku kalau dia kembali ingin memberikan anak asuhnya untuk di didik olehku kembali di dalam kapalku yang sekarang sedang berlayar ini. Akhirnya aku kembali menyandarkan kapalku dan mengajaknya kembali masuk ke dalam kapalku. Saat aku bertanya kepadanya kenapa dia memilih untuk kembali berlayar dan mencari ilmu bersamaku dia hanya menjawab, "Tidak cocok". Aku hanya mengangguk dan tersenyum saja saat dia menjawab pertanyaanku.

Beberapa hari sebelum pengasuhnya datang, ada juga seorang bapak yang memintaku untuk juga membawa anak bungsunya turut serta mencari ilmu di dalam kapalku ini. Aku sempat mempertimbangkan permintaan bapak ini. Dengan berbagai pertimbangan, aku akhirnya mempersilakan anak bungsunya turut serta berlayar.

Source of Image: gettyimage.com

Kapalku sudah hampir penuh. Banyak penumpang yang turut serta dalam kapalku. Aku tidak tahu sampai berapa lama kapal dengan penumpang-penumpang ini akan berlayar bersamaku. Aku hanya mempercayakan perjalanan ini kepada Nakhodaku. Aku percaya Nakhodaku akan membawaku mengarungi lautan biru yang indah. Meskipun nantinya akan ada badai di tengah perjalanan, aku percaya Nakhodaku tidak akan pernah terlelap. Sekarang aku hanya perlu mendekatkan diriku pada Nakhodaku dan sepenuhnya percaya pada pimpinan-Nya.

Image Source: gettyimages.com