(그래서 나는 안티팬과 결혼했다)

Sutradara: Kang Cheol-Woo

Penulis: Kim Eun-Jung (novel), Nam Ji-Yeon

Stasiun TV: Naver TV, iQIYI, Viki

Jumlah Episode: 16

Tanggal Rilis: April 30, 2021

Sinopsis

Drama komedi romantis yang menceritakan seorang penyanyi berbakat dan terkenal bernama Who-Joon. Saat dia menghadiri pembukaan klub Jae Joon (JJ), teman lama Who-joon, dia tidak sengaja bertemu dengan reporter majalah wanita bernama Lee Geun-Young. Pertemuan itu membuat Geun-Young membenci Who-joon yang dikenal publik memiliki reputasi yang baik. Sampai akhirnya Geun-Young dikenal dengan Anti-Fan Who-Joon dan ‘menikah’ dengan Who-Joon dalam sebuah program reality show “So, I Married My Anti-Fan.” Dari sinilah, kisah Who-joon dan Anti-Fan, Geun-Young berawal.

Karakter

Choi Tae-Joon (Who-Joon)

Berperan sebagai Who-Joon, seorang idol yang sedang berada di puncak karir. Dia hidup terpisah dari ibunya demi mengejar mimpi menjadi seorang penyanyi. Dibalik kesuksesannya, dia memiliki banyak rahasia yang tidak diketahui publik.

Sooyoung (Lee Geun-Young)

Baru kali ini saya melihat akting Sooyoung dalam drama 16 episode. Dia berperan menjadi seorang reporter sebuah majalah wanita. Di kantor dia mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari bos dan para seniornya. Sampai suatu hari, bos Sooyoung memecatnya setelah insiden yang melibatkan dirinya dan Who-Joon.

Chansung (Jae Joon)

Salah satu pentolan 2PM ini berperan menjadi Jae Joon (JJ), seorang CEO Agensi Hiburan. JJ dulunya rookie yang hampir debut bersama Who-Joon dan Oh In-Hyung. Hubungan mereka menjadi renggang karena Who-joon debut duluan dan menjadi terkenal. JJ merasa dikhianati oleh Who-Joon.

Han Ji-An (Oh In-Hyung)

Rasanya baru ini saya melihat akting Han Ji-An. Dalam drama So, I Married My Anti-Fan Han-Jian berperan sebagai Oh In-Hyung, seorang rookie yang berjuang mati-matian untuk terkenal. Dia tergabung dalam agensi yang didirikan oleh Jae Joon dan sekaligus pacaran dengannya. Namun hubungan In-Hyung dan JJ ga pernah berjalan mulus. Hal ini membuat In-Hyung depresi dan bahkan sempat melakukan percobaan bunuh diri.

Review 

So, I Married My Anti-Fan sebetulnya sudah rampung diproduksi di tahun 2018. Drama ini hampir gagal tayang karena belum menemukan stasiun televisi yang mau menayangkan. Beruntung tim produksi akhirnya deal dengan Naver TV. Drama So, I Married My Anti-Fan juga tayang di IQIYi loh. 

Alur cerita So, I Married My Anti-Fan kurang lebih mirip dengan Novel dan Webtoon yang sudah terlebih dulu terbit. Sebagai penonton, kita bisa menebak bagaimana akhir hubungan Who-Joon dan Geun-Young. Namun, kita juga ingin benar-benar melihat ceritanya sampai akhir. Itulah yang saya rasakan saat membaca Novel dan Webtoonnya. Meskipun penulis drama membuat beberapa adegan yang berbeda dengan Novel dan Webtoon, sayangnya hal itu ga membuat saya untuk segera menyelesaikan drama ini sampai akhir. 

Untuk akting pemeran utama terutama Cho Tae-Joon dalam drama So, I Married My Anti-Fan kurang oke menurut saya. Who-Joon itu kan cowok yang kaku, dingin, dan agak kasar ya kalau ngomong sama orang (selain fansnya). Cho Tae-Joon ga membawakan karakter itu dalam aktingnya di drama ini. Untung ketutup sama kegantengannya. Berbeda dengan Choi Tae-Joon, akting Sooyoung jauh lebih baik. Dia bisa membawakan karakter Geun-Young, seorang reporter yang tidak mudah menyerah, kuat, dan juga pekerja keras. Tidak ketinggalan akting Chansung yang memerankan Jae Joon. Dia bisa membawakan karakter JJ yang cemburuan dan diabaikan. Chemistry Chansung dengan Han Ji-An juga kuat walaupun harus berantem terus setiap kali ketemu. Akting Han Ji-An juga lumayan menurut saya meskipun belum banyak drama yang ia bintangi. Karakter Oh-In Hyung menjadi sangat hidup. Sedih deh tiap kali lihat karakter In-Hyung. Selain akting empat karakter utama yang saya sebutkan, ada juga karakter lain yang aktingnya menjadi pemanis untuk drama So, I Married My Anti-Fan. Beberapa aktornya juga pernah saya lihat aktingnya di drama Something about 1%, seperti Kim Sun-Hyuk (Manager Who-Joon), Kim Hyung Min (Roy/Mantan Pacar Lee Geun-Young), dan Lim Do-Yoon (Penulis No). 

Selain alur dan akting pemain utama dalam drama So, I Married My Anti-Fan, beberapa detail adegan membuat saya ga bersemangat untuk menonton. Salah satu yang paling saya ingat saat Who-Joon marah lalu mengepalkan tangan dan meninju cermin tapi tangannya ga berdarah. Lalu di adegan lain, Who-Joon nonjok tembok tangannya malah diperlihatkan berdarah. Ada juga adegan saat Lee Geun-Young ga sengaja menjatuhkan ponselnya. Layar ponsel seketika retak semua. Hmm, perasaan saya sering jatuhin ponsel ga pernah deh langsung retak selayar-layarnya. Oh ada lagi. Saat Oh In-Hyung di rumah sakit, riasannya ga kaya orang sakit. Make up nya malah cetar banget. Beda banget saat nonton Hospital Playlist. Riasan semua pasiennya kelihatan banget natural seperti orang sakit. Yang paling kelihatan pas episode 1 sih. Lee Geun-Young kan lempar sepatu haknya ke Who-Joon tapi Kepala nya Who-Joon baik-baik aja. Gemes lihat produksi drama ini. Berasa nonton sinetron Indonesia aja. Banyak detail yang kurang diperhatikan. Ya, walaupun secara kualitas gambar dan set drama nya masih lebih bagus drama So, I Married My Anti-Fan sih. Sebagai fans webtoon So, I Married My Anti-Fan, saya agak kecewa sih nonton dramanya. 

Baca juga: Review K-drama: Hospital Playlist (Season 1)

Buat saya drama ini masih banyak kekurangan di sana-sini. Pemilihan aktornya kurang pas. Banyakdetail yang kurang diperhatikan dan bikin kualitas drama ini terlihat seperti sinetron. Masih banyak drama romantis komedi yang lebih bagus dari ini. Mending baca novel atau Webtoon nya aja, lebih seruuuuu. Tapi kalau kalian punya waktu kosong, saya ga larang kalian untuk nonton juga sih. Ga dosa kok. Lumayan lah hiburan lihat yang Cho Tae-Joon selama PPKM darurat ini biar ga stress. Kalian juga bisa dapat pengetahuan baru bagaimana cara kerja industri hiburan di Korea lewat drama ini.

Buat yang sudah nonton drama So, I Married My Anti-Fan, gimana nih menurut kalian? Lebih suka drama atau webtoonnya? Coba tulis komentar kalian di bawah ya. 

7/10

Sutradara: Lee Tae-Gon

Penulis: Kim Hye-Jung (novel), Yoo Song-Yi

Stasiun TV: Kakao TV

Jumlah Episode: 13

Tanggal Rilis: 24 Mei 2021

Genre: Komedi, Komedi Romantis, Romantis

Berhubung Hospital Playlist Season 2 tayangnya seminggu sekali. Saya butuh ‘pelarian’ supaya ga kangen sama dokter2 jenius dan jenaka di Hospital Playlist. Setelang scrolling Netflix, saya pun melihat Mad for Each Other dan langsung tertarik. Lebih tepatnya, judul drama nya yang unik membuat saya penasaran dengan drama ini.

Plot

No Hwi-oh, seorang polisi yang menjadi 'gila'. Dia kesulitan mengontrol kemarahannya dan terpaksa berhenti bekerja sementara waktu. Selama ‘menganggur’, dia bertemu dengan psikiater setiap minggu supaya dia bisa kembali bekerja. 

Suatu hari, dia bertemu dengan seorang wanita bernama Lee Min-Kyung, yang juga 'gila'. Dulunya dia wanita karir yang cukup sukses. Namun, sebuah peristiwa membuat Min-Kyung menjadi wanita delusional. Dia selalu curiga dengan orang di sekitarnya dan ketakutan setiap kali keluar rumah. Sampai suatu hari, dia bertemu dengan Hwi-Oh dan menjadi pemicu kemarahannya. 

Cast

Drama Mad for Each Other mempunyai 2 pemeran utama, yaitu: 

Jung Woo (No Hwi-oh)

Buat kalian yang pernah nonton Reply 1994, pasti familiar dengan wajah Jung Woo. Dalam drama Mad for Each Other, Jung Woo berperan sebagai No Hwi-oh, seorang polisi teladan namun memiliki kesulitan dalam mengontrol emosinya. Kalau dia sudah marah, hancurlah semua.

Oh Yeon-Seo (Lee Min-Kyung)

Secara ga sengaja, No Hwi-oh bertemu dengan Lee Min-Kyung (diperankan oleh Oh Yeon-Seo). Min-Kyung mengalami gangguan mental dan konsultasi dengan psikiater yang sama dengan Hwi-oh. Lucunya lagi ternyata mereka juga tetanggaan. 

Selain 2 pemeran utama di atas. Ada pula pemeran pendukung yang tinggal di satu lingkungan apartemen dengan mereka.

Lee Su-Hyun (Su-Hyun)

Seorang pekerja paruh waktu yang belajar mati-matian untuk masuk kepolisian. Tapi sayang, otaknya ga sanggup buat jawab pertanyaan tes kepolisian walaupun dia sudah rajin belajar.

Ann Woo-Yeon (Lee Sang-Yeob/Samantha)

Siang jadi Lee Sang-Yeob, malem berubah jadi Samantha. Begitulah kira-kira deskripsi singkat dari Sang-Yeob. Dia mempunyai keahlian dalam bidang IT (Information Technology) dan juga tertarik dengan make-up. 

Ada juga nih, geng Ajumma yang selalu jadi hiburan tersendiri buat penonton. Kelakuannya bener-bener dah seperti emak-emak di Indo,  dan kadang ga bisa mengendalikan jari tiap buka sosmed. Ada aja dah yang dikomentari. Walaupun begitu, geng Ajumma selalu siap maju tiap kali ada masalah yang menimpa penghuni apartemen.

Review

Belakangan makin banyak deh drama Korea yang mengangkat isu kesehatan mental, sebut saja yang terakhir It’s Okay to Not Be Okay. Banyak penulis drama Korea mulai menunjukkan keresahan mereka tentang pentingnya menjaga kesehatan mental melalui drama, termasuk Mad for Each Other. Dua karakter utama Mad for Each Other  (Jung Woo dan Yeon-Seo) bukan aktor yang visualnya dipuja seperti Song Joong-Ki. Namun, akting dan chemistry mereka oke banget memerankan dua orang yang memiliki gangguan mental pasca trauma. Penonton ikut merasakan emosi yang ingin disampaikan oleh kedua karakter utama. Perkembangan dua karakter utama juga berjalan sangat pas dan ga lebay. Romansa di antara mereka berdua juga ga cringe. Pernyataan cintanya aja ga biasa. Komedi hasil interaksi kedua karakter utama dengan karakter pendukung lainnya juga diluar ekspektasi. 

Selain isu kesehatan mental, drama ini juga mengangkat isu sosial lainnya dari kehidupan karakter pendukung. Isu ini mungkin akan kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Su-Hyun, diperankan oleh Lee Su-Hyun, pekerja paruh waktu yang memaksakan diri untuk mengikuti tes masuk kepolisian. Padahal dia mempunyai bakat terpendam yang tidak pernah dia tunjukkan ke dunia. Dia ikut tes karena kemauan orang tuanya saja. Banyak anak muda seperti ini juga kan di sekitar kita? Atau bisa jadi kita salah satunya. Mati-matian mengejar yang tidak kita suka demi memenuhi keinginan orang tua. Ada juga Lee Sang-Yeob (diperankan oleh An Woo-Yeon) seorang pria normal tapi suka berdandan dan memakai baju perempuan. Orang yang bertemu dengan Sang-Yeob tidak jarang melihatnya dengan tatapan menghakimi. Kita juga mungkin pernah melihat Sang-Yeob di sekitar kita dengan tatapan aneh. Tidak lupa Ajumma pengurus asosiasi di lingkungan apartemen, yang kerap ikut campur urusan penghuni apartemen. Kurang lebih mirip sama ibu-ibu di lingkungan RT  kita lah ya. Mereka menggambarkan bagaimana sering kepo sama urusan pribadi orang dan asal menyebar informasi yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya lewat sosial media.

Seluruh akting pemeran pendukung yang disebutkan di atas membuat drama Mad for Each Other lebih berwarna. Mereka ikut andil dalam perubahan karakter utama yang awalnya anti sosial jadi bisa bergaul dengan sesama penghuni apartemen. 

Secara keseluruhan Mad for Each Other merupakan salah satu drama terbaik (menurut saya) di Netflix tahun 2021 ini. Alur cerita drama Mad for Each Other sungguh ringan untuk dinikmati sambil ngopi dan makan donat. Konfliknya tidak berkepanjangan karena cuma 13 episode saja. Ga banyak tarik ulur di sini. Per episode tayangnya cuma 30-45 menit. Kalau mau binge watching, kurang lebih 2 hari lah ya. Ga bakal bikin kalian begadang begadang juga.

Pokoknya ga rugi deh nonton Mad for Each Other. Akting semua pemainnya oke, termasuk Lee Su-Hyun yang (setahu saya) baru 2 kali tampil di drama. Ceritanya sederhana tapi mengena di hati. Seakan mengingatkan penonton tentang pentingnya menjaga kesehatan mental dan menjauhi toxic relationship. Peran orang tua juga tidak kalah penting untung mendukung anak mereka yang memiliki masalah dengan kesehatan mental. Sinematografi nya ga macem-macem tapi bisa menyuguhkan adegan hujan yang hangat dan juga interaksi penghuni apartemen secara keseluruhan. 

Sekian dulu review K-drama hari ini.

Gimana sudah tertarik untuk nonton belum? 

Buat temen-temen yang sudah nonton. Suka ga sama endingnya? ☺

8/10

Source: hancinema.net

(슬기로운 의사생활)

Sutradara: Shin Won-Ho

Penulis: Lee Woo-Jung

Stasiun TV: tvN

Jumlah Episode: 12

Tanggal Rilis: 12 Maret - 28 May 2020

Genre: Drama, Komedi Romantis, Drama Medis, Penggalan Kehidupan

Hospital Playlist menyapa saya ketika saya sedang bosan-bosannya ‘dikurung’ di rumah karena kelakuan Virus Corona. Tidak perlu waktu lama untuk jatuh cinta dengan Hospital Playlist. Sejak tahun 2016, saya sudah sering bolak-balik rumah sakit untuk menemani ibu saya berobat. Mungkin hal ini yang membuat saya tertarik dengan Hospital Playlist. Saya jadi ingat dokter, perawat, pasien, dan orang lain yang saya temui di rumah sakit waktu nonton drama ini.

Plot

Source: hancinema.net

Hospital Playlist menyuguhkan cerita lima orang dokter yang bersahabat sejak kuliah pada tahun 1999. Mereka mengambil spesialisasi yang berbeda-beda namun akhirnya bekerja di satu rumah sakit yang sama, yaitu Yulje Medical Centre. Di tengah kesibukan mereka menjadi dokter, mereka melepas penat dengan ngeband dan makan bareng. 

Cast

Mari kita berkenalan dengan 5 pemeran utama di Hospital Playlist.

Jeon Mi-do (Chae Song-Hwa)

Source: hancinema.net

Satu-satunya wanita yang tergabung dalam geng dokter angkatan ‘99. Dia merupakan dokter spesialis bedah syaraf yang tegas, baik hati, suka makan, dan jomblo. Dia panutan para juniornya karena dia selalu datang tepat waktu dan mau diganggu kapan pun ada panggilan dari rumah sakit.

Cho Jung-Seok (Lee Ik-Jun)

Source: hancinema.net

Dokter spesialis bedah hepatobilier dan pankreas yang supel sama senior bahkan juniornya. Dia satu-satunya anggota geng yang sudah menikah dan mempunyai seorang anak yang menggemaskan, bernama U-ju. Dibalik kesempurnaannya, dia mempunyai kisah cinta tidak sempurna.

Kim Dae-myung (Yang Seok-Hyeong)

Source: hancinema.net

Dokter yang paling introvert namun perhatian dan lembut. Dia merupakan seorang dokter spesialis obstetri dan ginekologi atau sering disebut dokter kandungan. Dia pernah menikah tapi cuma seumur jagung. 

Jung Kyoung-Ho (Kim Jun-Wan)

Source: hancinema.net

Yoo Yeon-Seok (Ahn Jeong-Won)

Source: hancinema.net

Dokter bedah anak yang paling religius. Teman segengnya mengira dia kikir. Padahal mah dia hatinya kek malaikat udah gitu ganteng pula kan. Di umurnya yang menginjak kepala empat, dia masih jomblo. 

Selain geng 99, banyak pemeran pendukung dalam drama Hospital Playlist, seperti dokter senior, keluarga geng 99, pasien, suster, dll. Kalau pernah nonton Reply Series dan Prison Playbook, kalian akan melihat beberapa wajah aktor yang familiar di Hospital Playlist.

Review

Saya sudah beberapa kali menonton drama medis namun menurut saya drama ini paling ringan untuk ditonton dan ga bikin sakit kepala. Drama ini menggambarkan kehidupan sehari-hari para dokter di rumah sakit. Dimulai dari menangani berbagai macam pasien dengan kelakuan mereka yang ‘ajaib’ sampai kisah pertemanan dan percintaan sesama dokter. Konflik yang disajikan tidak sama dengan drama medis pada umumnya. Tidak ada konflik perebutan kekuasaan di rumah sakit atau dokter yang super jenius dan dibenci oleh dokter lain. Adanya dokter yang ngeselin. 

Hospital Playlist menunjukkan kehidupan para dokter dan pekerja medis lainnya dari sudut pandang yang berbeda. Kita akan melihat bagaimana dokter berinteraksi dengan pasien saat melakukan perawatan rawat jalan dan rawat inap. Selain itu, kita juga akan menyaksikan juga hubungan antar dokter, seperti dokter senior membimbing dokter residen, dokter residen mengajari mahasiswa kedokteran, dll. Pokoknya nonton Hospital Playlist tuh berasa lagi duduk di rumah sakit dan melihat pekerja medis lewat di depan kita. Seandainya, dokter-dokter di Hospital Playlist ini nyata adanya… 

Secara visual, sinematografi drama Hospital Playlist ini tidak main-main. Selain karena bekerja sama dengan Netflix, produksi drama arahan Shin Wo PD memang tidak pernah mengecewakan. Pengambilan gambarnya ga cuma zoom in atau out kek sinetron Indonesia doang. Setelah nonton proses dibalik layar Hospital Playlist, saya jadi tahu dalam 1 adegan ada beberapa shot yang diambil, misal close up shot si aktor dulu baru setelah itu full up shot. Selain itu, ada juga adegan yang menggunakan CGI, salah satunya saat Yang Seok-Hyeong nonton reality show Korea di handphonenya sambil ketawa cekikikan padahal mah layar handphone itu aslinya kosong. Hebat sih! 

Rasanya ga cukup 1 postingan ini menceritakan bagaimana kerennya Hospital Playlist. Pengemasan cerita sangat rapi. Kualitas akting pemeran utama dan pendukung oke punya. Sinematografi nya cakep. Set drama dan propertinya terlihat realistis. Dan yang paling saya suka, OST nya itu loh, mewakili perasaan penonton di setiap episode.

Drama ini akan ada dalam beberapa season. Jadi, harap maklum kalau alurnya terasa sedikit lambat. Nah, season 2 nya baru aja tayang beberapa hari lalu di Netflix. Pas banget nih buat menemani kalian di rumah aja saat kasus Covid-19 kembali tinggi di Indonesia. Kalau sudah selesai, saya akan buat lagi review Hospital Playlist season 2.

Buat yang udah nonton Hospital Playlist season 1. Coba ceritain dong siapa dokter favorit kalian di Hospital Playlist season 1? Kalau saya sih, pasti dokter ganteng Ahn Jeong-Won.  

Source: hancinema.net

Setelah urusan berobat di Penang selesai, saya janjian dengan sepupu saya untuk liburan bareng ke Bandung di bulan Februari selama 3 hari 2 malam. Saya agak sempat ragu juga sejujurnya untuk pergi karena sampai akhir Januari belum ada berita lagi tentang keberadaan virus Corona di Indonesia. Sepupu saya meyakinkan saya untuk pergi sampai akhirnya saya pun memantapkan hati untuk liburan ke Bandung dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan, yaitu menggunakan masker dan selalu cuci tangan.

Baca juga: 5 Wisata Anti Mainstream di Bandung

Selama di Bandung, kami menginap di dua Airbnb yang berbeda. Pertama, kami menginap di Airbnb berbentuk apartemen tipe studio (Galeri Ciumbuleuit 3) yang lokasinya tidak jauh dari Universitas Parahyangan. Kedua, kami menginap di Casa Lembang. Dari namanya saja, kalian sudah tahu dong lokasinya dimana. Airbnb ini sudah lama sekali saya masukkan ke daftar Airbnb yang saya ingin kunjungi karena saya suka banget sama desain interior Casa Lembang. Pemilik Casa Lembang adalah pasangan suami istri yang merupakan penulis buku. Mereka mempunyai dua unit Airbnb di Lembang (Casa Lembang 1 & 2) dan merupakan hos teladan Airbnb. Jadi, ga perlu ragu untuk menginap di Casa Lembang. Saya dan sepupu saya menginap di Casa Lembang 2 karena sudah ada orang lain yang lebih dulu memesan Casa Lembang 1 di tanggal yang saya pilih. Walaupun begitu, pengalaman menginap di Casa Lembang 2 seru juga kok. Saya ulas sedikit pengalaman saya menginap di Casa Lembang 2 di sini ya. 

Pemesanan

Setiap kali berwisata ke luar kota atau luar negeri, saya pasti selalu kebagian tugas mengurus akomodasi. Sama halnya dengan liburan ke Bandung kali ini. 

Saya memesan Casa Lembang 2 melalui website Airbnb*. Proses pemesanan Casa Lembang di Airbnb cukup mudah, kalian tentukan tanggal berapa kalian ingin liburan ke Lembang dan cek ketersediaan Casa Lembang 2. Jika tersedia di tanggal yang kalian pilih, kalian bisa  langsung pesan dan melakukan pembayaran sewa Airbnb menggunakan kartu kredit atau debit. Setelah proses pemesanan selesai, pemilik Casa Lembang (Teh Ninit) akan mengkonfirmasi jumlah tamu yang akan menginap di Casa Lembang 2 serta lokasi Casa Lembang 2 melalui Whatsapp. 

*Untuk temen-temen yang belum pernah pakai Airbnb, daftar Airbnb pakai akun referal aku dan dapatkan potongan $17 untuk pemesanan Airbnb pertama kalian.

Tanggal kosong merupakan hal yang sulit sekali didapatkan saat memesan Casa Lembang baik 1 & 2 karena Casa Lembang sering dipakai untuk tempat foto prewedding atau maternity. Makanya begitu saya menemukan tanggal kosong di bulan Februari, tanpa ragu saya langsung pesan (walaupun cuma bisa pesan 1 malam saja 😞).

Check-In 

Saya tiba di Casa Lembang 2 kira-kira pukul 3 sore setelah selesai makan siang di Lereng Anteng, Bandung. Bu Dede, asisten Teh Ninit menerima kedatangan kami di Casa Lembang 2. Teh Ninit dan keluarga tidak tinggal di Lembang jadi mereka mempunyai asisten yang membantu mereka untuk menerima tamu dan membersihkan Airbnb setelah tamu check out dari Casa Lembang. Bu Dede ramah dan baik sekali. Kami sempat mengobrol tentang Casa Lembang 2 dan tempat wisata di sekitar Casa Lembang. Selesai mengobrol, beliau memberikan kami kunci Casa Lembang 2.

Fasilitas Casa Lembang 2 

Di Casa Lembang (baik 1 dan 2), kalian tidak akan menemukan fasilitas wifi. Baru ini sih saya menemukan Airbnb yang tidak menyediakan fasilitas wifi tapi saya ga protes juga karena memang tujuan saya liburan ke Bandung kali ini mau menyegarkan pikiran di kala padatnya deadline. Lagian toh, kita masih bisa menikmati liburan juga kan tanpa wifi kan? 😉

Walaupun tidak ada wifi, fasilitas lain yang tersedia di Casa Lembang 2 cukup lengkap. Di lantai 1, terdapat dapur kecil dan peralatan masak yang lengkap banget. Kalau kalian suka masak,  kalian bisa menggunakannya tapi jangan lupa untuk membersihkan dan mengembalikan semua peralatan yang kalian pakai ke tempat semula ya. Jadilah tamu yang baik 😁. Selain itu, tersedia juga kulkas dan dispenser minuman.

Peralatan Dapur di Casa Lembang

Selain dapur, di Lantai 1 terdapat ruang makan kecil, toilet (untuk yang ini saya lupa foto) dan ada satu ruangan di sebelah dapur yang bisa kalian pakai untuk menggantung baju atau menyimpan koper. Kalau kalian perlu menyetrika baju, kalian juga bisa menggunakan setrika dan alas setrika yang ada di ruangan ini. Di ruangan yang sama, ada meja dan bangku kayu yang bisa kalian pakai untuk santai sambil ngopi atau ngeteh mungkin. Bisa juga dijadikan spot foto cantik sih untuk kalian suka foto. 

Di lantai 2, kalian akan menemukan ruang santai untuk nonton televisi. Letaknya bersebelahan dengan kamar tidur. Yang membuat kamar tidur ini unik adalah kamar mandinya yang transparan dan bersebelahan dengan tempat tidur. Kamarnya luas dan bersih. Nyaman banget tiduran di kamar ini. Untuk kalian yang muslim, di dalam kamar terdapat sajadah. Kalian bisa gunakan untuk solat jika kalian lupa bawa sajadah kalian.

Kamar Mandi Transparan Sebelah Tempat Tidur

Di attic atau loteng terdapat 1 kamar lagi. Namun, kami tidak pakai karena kami ga mau tidur sendiri-sendiri. Kami pakai kamar di loteng cuma buat tidur-tiduran saat sore dan pagi hari saja. Di sini juga ada kamar mandi yang lagi-lagi transparan letaknya pas di depan tempat tidur. Kalau kalian suka baca buku, kalian bisa duduk-duduk sambil baca buku di bean bag yang disediakan di loteng. Bukunya bagus-bagus loh dan salah satu buku yang ditulis oleh suaminya Teh Ninit juga ditaruh di sini.

Kamar Mandi Transparan 2 di Loteng

Hampir di seluruh area rumah, kalian bisa menemukan buku untuk dibaca sih. Daripada bengong, mending baca buku atau rebahan seharian di Casa Lembang 2. Untuk sarapan, kalian ga perlu khawatir karena Teh Ninit menyediakan sarapan yang bisa kalian buat sendiri di dapur, seperti sereal atau roti bakar. Teh dan kopi instan juga ada loh. Kalau kalian suka mie instan bisa juga sih masak sendiri. Asik banget deh makan mie instan rebus di Lembang apalagi pas cuacanya lagi dingin.

Sarapan di Casa Lembang

Untuk essential amenities, kalian bisa menggunakan handuk, sabun, tisu, dan selimut yang disediakan di Casa Lembang. Khusus untuk selimut dan handuk, menurut saya cukup bersih dan wangi kok. Tapi kalau di masa pandemi gini, saya sarankan membawa handuk sendiri saja ya biar lebih aman.

Review Casa Lembang 2 

Pengalaman menginap di Casa Lembang 2 merupakan pengalaman yang menyenangkan dan tidak terlupakan untuk saya karena seperti yang saya bilang sebelumnya, saya sudah lama banget mau menginap di Casa Lembang. Sayang, saya akhirnya hanya menginap berdua saja dengan sepupu di Casa Lembang 2. Tadinya saya mengajak teman yang kebetulan lagi di Bandung untuk menginap bareng di Casa Lembang 2 tapi ga jadi karena dia ternyata ada urusan lain. Sayang sih kamarnya ga semua digunakan tapi gapapa yang penting kesampean menginap di Casa Lembang 2.

Untuk fasilitas di Casa Lembang 2,  menurut saya cukup lengkap ya. Saya juga bisa menikmati suasana menginap di Casa Lembang 2 dengan fasilitas yang ada minus wifi. Oh, AC juga tidak ada ya di Casa Lembang 2. Suhu di Lembang cukup sejuk sepanjang hari jadi okelah walaupun tanpa AC. Namun jika kalian berada di kamar loteng saat siang hari, kalian bisa memakai kipas angin.

Jika kalian menginap dengan keluarga berbeda gender di Casa Lembang 2, pastikan membagi kamar dengan benar ya. Seperti yang saya ceritakan di atas, kamar mandi di dalam kamar di Casa Lembang 2 dibuat transparan. Hanya ada 1 kamar mandi yang tertutup, itu pun terletak di lantai 1. 

Satu lagi, kalau mau menginap di Casa Lembang 2, pastikan tidak menginap sendiri ya. Biaya sewanya mahal kalau untuk sendiri saja. Kalian harus menginap minimal berdua lah bersama keluarga atau sahabat kalian. Untuk photoshoot, harganya sewanya setahu saya beda ya dengan Airbnb karena biasanya cuma beberapa jam saja.  Coba cek di Instagram Casa Lembang ya untuk info lebih lengkap. Kalau mau pesan di Airbnb bisa langsung cek di website Airbnb Casa Lembang 2. 

Setelah baca ulasan singkat saya dan lihat foto-foto Casa Lembang 2 yang Instagramable, kalian jadi mau nginep di Casa Lembang 2 ga nih? Atau kalian punya rekomendasi Airbnb Bandung yang nyaman seperti di Casa Lembang 2? Coba ditulis di kolom komentar ya kalau ada. Siapa tahu saya mau ke Bandung lagi kalau keadaan sudah aman ;) 

Kebun Tomat di Belakang Casa Lembang 2

Bulan lalu saya menceritakan bagaimana perjuangan saya menemani mama berobat di Penang sebelum Pandemi menyerang. Saya juga membawa serta tante saya ke Penang untuk Medical Check Up di Hospital Lam Wah Ee (rumah sakit tempat mama saya berobat). Bagaimana sih prosedur untuk melakukan Medical Check Up di Hospital Lam Wah Ee, Penang? 

Baca juga: Berobat Ke Penang Sebelum Pandemi

Hospital Lam Wah Ee, Penang

Cek Paket Kesehatan di Website Hospital Lam Wah Ee

Lam Wah Ee menawarkan tiga paket medical check up: Basic Package, Essential Package, dan Enhanced Package. Harga untuk setiap paket berbeda-beda. Kalian bisa memilih paket sesuai dengan kebutuhan kalian. Untuk tante saya, saya memilihkan Enhanced Package. Biaya untuk paket tersebut sebesar RM 630* (kalau dirupiahkan sekitar Rp.2.200.000,-). Paket ini merupakan paket lengkap dan berbeda dengan 2 paket lainnya karena ada Exercise Test dan konsultasi dengan ahli gizi terkait dengan komposisi tubuh kita atau dalam bahasa Inggrisnya dinamakan Body Composition Analysis (BCA).

Lakukan Pendaftaran Secara Online

Klik paket medical check up yang tadi sudah dipilih di website Hospital Lam Wah Ee, lalu isi formulir pendaftaran medical check up secara online. Pilih tanggal untuk medical check up. Jika kalian sudah mengirim formulir pendaftaran online, pihak Lam Wah Ee akan mengirimkan email berisi formulir yang telah diisi dan prosedur pelaksanaan medical check up secara singkat seperti di bawah ini.

Email dari Hospital Lam Wah Ee

Datang ke Rumah Sakit Sesuai dengan Tanggal Perjanjian

Dalam email balasan yang saya terima dari Lam Wah Ee, tante saya harus puasa dari jam 10 malam sampai hari H medical check up. Lewat dari jam 10 malam tante saya tidak boleh makan lagi tapi beliau masih boleh minum air putih. Oh ya, karena tante saya memilih paket lengkap yang ada Exercise Stress Test, beliau harus memakai baju dan sepatu olahraga yang nyaman saat menjalani medical check up. Tujuan Exercise Stress Test adalah untuk mengetahui seberapa baik kondisi jantung kita saat sedang melakukan aktivitas berat. Selama tes, kita akan diminta untuk berolahraga di atas treadmill yang terhubung dengan mesin Elektrokardiogram (EKG). 

Ilustrasi Exercise Stress Test

Pada hari H medical check up, kita yang sudah mendaftar wajib datang sesuai dengan tanggal perjanjian dan jam operasional Hospital Lam Wah Ee Health Screening Centre. Health Screening Centre terletak di lantai 7. Pastikan kalian tidak salah naik lift ya kalau mau ke lantai 7.

Sampai di lantai 7, cari saja tulisan Health Screening Centre, masuk ke dalam ruangan, lalu ambil antrian di meja petugas. Kalian akan melihat mesin pencetak nomor antrian di meja tersebut, pencet saja no.6. Petugas nanti akan memanggil nomor antrian kalian. Ruang tunggu di dalam Health Screening Centre ini enak sekali dan yang paling penting adem. Mama saya sampai memakai jaket karena suhu di dalam Health Screening Centre ini dingin banget. Kalau haus, Health Screening Centre juga menyediakan air mineral gratis (bisa dingin atau panas). Ditambah lagi ada free wifi yang kenceng banget di dalam ruang tunggu. Jadi, ga bosen nunggu deh tante saya yang lagi medical check up. Fasilitas di Health Screening Centre Lam Wah Ee pokoknya oke bener neh. 

Kelihatan kan ya mesin antrian di meja? Di lorong panjang sebelah kanan itu terdapat banyak ruangan untuk medical check up.

Antrian waktu itu ga terlalu lama. Baru duduk, petugas langsung memanggil nomor antrian tante saya. Saya pun menghampiri petugas untuk melakukan pendaftaran ulang dan tidak lupa membawa paspor dan dompet.

Saat saya melakukan pendaftaran ulang untuk medical check up tante saya, petugas menyarankan saya untuk tidak mengambil Enhanced Package karena ada Exercise Stress Test yang tidak disarankan untuk tante saya yang sudah lanjut usia. Saya pun setuju dan akhirnya mengambil Essential Package saja. Harga Essential Package lebih murah daripada paket sebelumnya yaitu sebesar RM 448* (kalau dirupiahkan sekitar Rp.1568.000). Pembayaran bisa dilakukan secara tunai atau non-tunai (dengan kartu kredit atau debit).

Setelah proses pendaftaran ulang selesai, petugas meminta kami duduk. Mereka akan memanggil nama tante saya untuk menjalani serangkaian tes untuk medical check up jika ruangan sudah tersedia.

Medical Check Up Berlangsung

Selama medical check up, saya dan mama menunggu di ruang tunggu saja. Petugas cukup kooperatif membantu tante saya. Petugas memanggil saya sesekali saja saat tante saya tidak mengerti apa yang petugas sampaikan karena mereka menggunakan bahasa Melayu dalam berkomunikasi. Saya sudah 4 kali ke Penang jadi saya bisa memahami petugas yang berbahasa Melayu. 

Proses Medical Check Up Hospital Lam Wah Ee

Tante saya pertama-tama menjalani tes darah dan urine terlebih dahulu. Lalu, petugas memeriksa tanda vital (Vital Sign), komposisi tubuh (Body Composition Analysis), dan pemeriksaan mata (Vision Test). Oh ya, petugas memberikan kudapan dan makan siang untuk tante saya membatalkan puasa yang telah dia lakukan sejak semalam. Rasa makanannya lumayan enak kata tante saya. Setelah itu, beliau menjalani tes EKG (cek kesehatan jantung). Ketika saya menunggu tante saya di ruang tunggu, tiba-tiba beliau keluar bersama petugas. Ternyata beliau mau menjalani X-Ray Dada dan USG Abdomen di lantai 1 karena Departemen Radiologi berada di situ. Tidak lama tante saya kembali ke lantai 7 ditemani petugas dan menjalani pemeriksaan fisik dengan dokter dan konsultasi dengan ahli gizi terkait dengan nutrisi yang dibutuhkan oleh tante saya berdasarkan pemeriksaan komposisi tubuh yang telah dilakukan sebelumnya.

Review Hasil Medical Check Up

Saat bertemu dengan dokter, tante saya agak kesulitan untuk berkomunikasi. Oleh karena itu, petugas memanggil saya dan juga mama untuk membahas hasil medical check up tante saya. Hasil medical check up langsung keluar hari itu juga tapi kami harus menunggu beberapa jam sampai semua hasil keluar. Petugas memberikan kami kertas kecil seperti dalam gambar ini supaya kami tahu jam berapa kami harus kembali ke rumah sakit.

Pengambilan Hasil Medical Check Up

Dokter menerjemahkan semua hasil medical check up tante saya. Saya membantu dokter untuk menyampaikannya kembali ke tante saya dalam bahasa Indonesia. Menurut dokter, hasil medical check up tante saya semuanya baik-baik saja, kecuali hasil urine. Beliau menemukan sedikit keanehan dalam urine tante saya. Dokter pun merujuk beliau ke dokter spesialis. Kami pergi keesokan harinya ke dokter spesialis tersebut. Hasilnya ternyata baik-baik saja. Dokter meresepkan beberapa obat dan mengingatkan tante saya untuk banyak minum.

Setelah menemani tante saya menjalani mudahnya medical check up di Hospital Lam Wah Ee, saya jadi penasaran juga mau medical check up diri sendiri hehehe. Mudah-mudahan tahun depan pandemi sudah berakhir ya biar saya bisa pergi ke Penang. 

Mama dan tante saya setelah proses medical check up selesai

Temen-temen ada yang pernah menjalani medical check up juga? Prosesnya mudah ga seperti di Hospital Lam Wah Ee? Coba cerita pengalaman kalian di sini dong :) 

*Harga paket medical chec up bisa berubah-ubah ya tergantung kurs mata uang.

Libur Lebaran kali ini saya habiskan untuk menonton drama Korea My Secret Terius atau Terius Behind Me. Drama ini rilis di akhir tahun 2018. Saya beberapa kali melihat cuplikan lucu dari drama Terius Behind Me di Instagram dan penasaran juga untuk menontonnya. Sudah lama juga tidak melihat akting So Ji Sub Ahjussi. 

Sumber: Soompi

Plot

Sumber: Asian Wiki

Cast 

Sumber: Tribun News

Review

Ga salah kalau drama Terius Behind Me mendapat banyak penghargaan di tahun 2018. Alur ceritanya ga gampang ditebak. Awalnya saya mengira Jin Yong-Tae itu nyeremin eh ternyata dia malah penakut. Siap-siap mikir dan dibuat terkejut deh dengan alur ceritanya. Dijamin kamu akan penasaran dan ingin segera menamatkan dramanya karena kamu pengen tahu sebenernya siapa sih pelaku dibalik semua kejadian-kejadian yang ada di drama ini.

Sumber: Soompi